Incinerator biasa kita temui pada downstream
Sulfur Recovery Unit (SRU) yang fungsinya adalah untuk membakar off-gas yang
masih mengandung H2S dan komponen sulfur lainnya dari berbagai sumber sehingga
didapatkan gas buang dengan spesifikasi sesuai dengan yang dijinkan oleh
regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Mari kita lihat skematik incinerator dibawah ini :
Incinerator Loop |
Tujuan desain incinerator adalah
untuk mendapatkan konversi maksimum dari H2S dan
komponen sulfur lainnya
menjadi senyawa SO2 dengan jumlah konsumsi fuel gas seminimum mungkin. Selain
itu, diharapkan pembakaran juga menghasilkan NOx pada flue gas yang serendah
mungkin, yang bisa diraih dengan kombinasi yang tepat antara suplai primary air
dan juga staged air.
Sebagaimana kita tahu, dalam sebuah pembakaran, jika O2
>> fuel, maka akan menghasilkan NOx. Sebaliknya, jika fuel >> O2,
maka pembakaran akan menghasilkan soot atau jelaga.
Berdasarkan uraian diatas, maka
kontrol loop untuk incinerator dibagi menjadi tiga bagian :
1. Kontrol
terhadap Stokiometri
Fungsi dari
kontrol sistem ini adalah untuk mengatur jumlah primary air pada kondisi
spesifik rasio udara di banding fuel gas yakni 80% dari stokiometri
(air-deficient) dan untuk meyakinkan bahwa peristiwa pembakaran terjadi pada
kondisi super-stokiometrik melalui suplai dari staged air. Secara desain, nilai
dari stokiometri udara total adalah 149%.
Untuk
meminimalisir emisi NOx, burner membutuhkan suplai primary air sebesar 80% dari
stokiometri reaksi pada zona pembakaran. Lebih rendah dari itu (<70%), maka
akan dapat menyebabkan sooting (terbentuknya jelaga dari fuel gas yang tidak
terbakar) atau pada kasus terburuk, bisa memadamkan api. Oleh karena itu,
sangatlah penting untuk menjaga suplai dari primary air pada kondisi
sub-stokiometrinya. Sedangkan, untuk suplai staged air harus dijaga sedemikian
hingga jumlah O2 yang terdapat pada flue gas memiliki excess sebanyak 2.0% vol.
Hal ini bertujuan untuk meyakinkan agar supaya semua fuel gas terbakar dan
semua komponen sulfur terkonversi menjadi SO2. Untuk tujuan tersebut, maka
sistem kontrol untuk suplai primary air dan staged air akan disediakan melalui
dua factor stokiometri yang tetap : HIC-609 dan HIC-610, yang mengatur
masing-masing laju udara sesuai dengan stokiometrinya.
2.Kontrol
terhadap Konten O2 pada flue gas
Fungsi dari
kontrol ini adalah untuk menjaga kondisi O2 dalam keadaan berlebih untuk
mencegah pembakaran tidak sempurna, sehingga bisa mengakibatkan meningkatnya
emisi H2S. Lebih jauh lagi, kebanyakan O2 juga harus dihindari karena akibatnya
dibutuhkan lebih banyak fuel gas untuk dapat menjaga suhu luaran.
Konten O2 pada
flue gas dikontrol dengan cara mengatur laju staged air ke dalam incinerator.
Pengaturan laju staged air sendiri oleh FV-601 diperoleh dari output analyzer
O2 AIC-601. Hal ini bisa dilihat dari blok FY-601B yang menghitung kebutuhan
teoritis dari staged air dan nilai yang didapat harus dikoreksi dalam blok
FY-611 berdasarkan output yang didapatkan oleh analyzer O2.
3. Kontrol
terhadap Suhu Incinerator
Fungsi dari
kontrol ini adalah untuk mencegah trip dikarenakan suhu tinggi ataupun rendah
pada incinerator. Sebagaimana kita tahu, reaksi pembakaran H2S harus dilakukan
pada suhu yang tinggi. Maka, adanya suhu yang terlalu rendah, akan menyebabkan
reaksi oksidasi H2S menjadi tidak sempurna, yang turut menyebabkan naiknya
emisi H2S.
Normalnya, suhu
pada incinerator dikontrol oleh TIC-601. Ia akan memberikan input ke blok
TY-601A dan TY-601B dengan menggunakan fungsi split-range.
Split-Range Control |
Sesuai dengan
skema diatas, jika output TC-601 0-20%, maka blok fungsi yang berjalan adalah
TY-601A yang mengatur set point untuk controller fuel gas. Selanjutnya, FY-606
– pressure/temperature compensation fuel gas, akan memberikan nilai actual
jumlah fuel gas yang terkonsumsi. Nilai ini akan digunakan untuk mengkalkulasi
primary air flow dan secara simultan staged air flow melalui hubungan
stokiometri yang diinput melalui blok HIC-601, total air stoichuometry. Total
air flow demand teoritis, FY-609B dikurangi oleh FY-609A – primary air demand
teoritis, maka akan kita dapatkan staged air demand teoritis, FY-601B.
Berdasarkan
skematik diatas, jika misalkan control valve fuel gas sudah berada pada kondisi
stop bukaan minimum dan suhu masih terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan kita
tidak bisa mengontrol control valve fuel gas karena blok yang berjalan adalah
TY-601B. Apabila hal ini terjadi,
TIC-601 akan menaikkan set-point dari air flow controller FIC-604 menggunakan
rasio controller TY-601B sehingga selector UY-601 akan memilih controller
tersebut dan meng-override perhitungan kebutuhan staged air dari FY-611.
START-UP
Pada saat awal
sebelum ignition, controller FIC-601, FIC-604 dan juga FC-605 akan berada pada
posisi MANUAL. Hal ini menandakan bahwa semua output berada pada posisi
start-up flow. Meskipun berada pada kondisi terbuka, namun fuel gas tidak akan
masuk ke dalam incinerator. Hal ini dikarenakan jalur fuel gas memiliki safety
valve (on/off valve) yang akan terbuka pada saat ignition berlangsung. TIC-601
berada pada posisi MANUAL dengan nilai output inisial yang tergantung dari
implementasi actual kontrol split range yang diatur oleh operator. AIC-601
berada pada posisi MANUAL dengan output 50%.
Start-up dari
burner terjadi secara otomatis secara sekuensial. Satu menit setelah tercapai
api yang stabil, maka operator bisa mengubah mode, set-point dan output dari
FIC-601, FIC-604, FC-605, TIC-601 dan AIC-601. Untuk mengubah control loop
menjadi posisi operasi normal, maka operator bisa melakukan beberapa hal sesuai
dengan urutan yang dijelaskan dibawah:
FI-601 (primary
air) dirubah menjadi CASCADE
FIC-604 (staged
air) dirubah menjadi CASCADE
TIC-601 (suhu
incinerator) dirubah menjadi AUTO
FC-605 (fuel
gas) dirubah menjadi CASCADE
Ketika incinerator
sudah dalam kondisi operasi, maka start-up dari SRU main burner bisa
dilanjutkan dengan intake gas asam.
Nice sharing pak. Sangat berguna untuk engineer.
ReplyDeleteyou're welcome
Delete