Monday, September 28, 2020

System Hand-Over Management (3): Sekuen Commissioning

Pada lanjutan seri System Hand-Over Management kali ini, kita akan bahas mengenai sekuen dari commissioning. Sebagaimana diketahui pada posting sebelumnya, bahwa commissioning juga sudah bekerja pada waktu fase konstruksi untuk sistem yang sudah di hand-over ke tim commissioning. Konstruksi sebuah pabrik mengikuti commissioning sekuen. Ada urutannya seperti dijelaskan pada tulisan sebelumnya. 

Contoh sekuen commissioning adalah sebagaimana berikut:

Sekuen Commissioning

Sekuen commissioning diatas memperlihatkan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengerjakan yang lain. Misalkan, kita tidak mungkin bisa mengetes temporary power sebagai sumber tenaga kalau alat pemadam dari sistem temporary fire equipment belum ada. Amat sangat beresiko jika temporary power tersebut memakai BBM. Resiko kebakaran. Maka dari itu, temporary fire equipment harus tersedia. Dan seterusnya.

Informasi mengenai sekuen commissioning ini kemudian dikembangkan untuk menyusun project control schedule. Project control schedule biasanya berbentuk gantt chart. Disitu berisi informasi pedoman seberapa lama proyek akan berlangsung, berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan lain sebagainya. Nantinya, project control schedule ini bisa dijadikan acuan ataupun evaluasi mengenai progress yang telah dicapai saat ini. Tidak jarang project control schedule ini di-revisi mengikuti dari perkembangan yang sedang terjadi di lapangan. Berikut adalah contoh project control schedule dari kegiatan commissioning:

Contoh project control schedule untuk satu sistem 

Di atas adalah salah satu contoh gantt chart project control schedule untuk sistem closed cooling water. Bayangkan, sekuen commissioning di gambar sebelumnya dibuat menjadi schedule seperti diatas berderet kebawah. Maka, akan sangat banyak sekali data yang ditampilkan. 

Dengan memahami sekuen commissioning, kita akan memahami grand design urutan eksekusi sebuah proyek sehingga memahami di titik mana progress proyek tersebut berada. Hal ini biasanya ditampilkan dalam S-curve untuk menilai cumulative progress sebuah proyek. Antara commissioning dan konstruksi akan terus berkesinambungan satu sama lainnya.      

Jika dilihat pada gambar gantt chart diatas, dapat kita ketahui tanggal daripada mechanical completion (MC).  Istilah MC menandakan bahwa pada tanggal tersebut adalah serah terima dari kontruksi ke commissioning. Artinya, mulai dari saat itu sistem tersebut berada dalam tanggung jawab commissioning. 

Pindah tangan dari kontruksi ke commissioning ini tentunya lewat mekanisme. Tim commissioning tentunya telah melakukan pengecekan terhadap sistem yang akan di hand-over tersebut terlebih dahulu. Sehingga tim commissioning yakin bahwa dalam sistem tersebut tidak ada yang kurang ataupun defect yang bisa mempengaruhi kegiatan commissioning nantinya.

Bagaimana mekanisme pengecekan tersebut dijalankan? Simak pada posting berikutnya. 

Salam. 

Saturday, September 26, 2020

System Hand-Over Management (2): Peran Commissioning di Masa Konstruksi

Apa yang dilakukan oleh tim commissioning pada waktu fase konstruksi? Sebagaimana kita ketahui, commissioning bertugas untuk melakukan pengetesan equipment yang telah selesai dipasang oleh tim konstruksi. Tetapi, tim commissioning sudah dipersiapkan bahkan saat sebuah plant baru belum selesai fase konstruksinya. 

Lantas apa sebenarnya yang dilakukan oleh tim commissioning pada waktu sebuah proyek masih berada dalam fase konstruksi?

Mari kita lihat grafik yang menggambarkan bagaimana proses eksekusi penyelesaian sebuah sistem dilakukan di proyek migas berikut ini:

Mekanisme Perpindahan Penyelesaian Sistem pada Proyek Migas 

Sistem adalah salah satu bagian dari unit dalam sebuah plant yang punya tujuan spesifik. 
Unit adalah kumpulan dari beberapa sistem yang saling berkesinambungan 

Contoh paling sederhana sebagaimana berikut:

Unit Acid Gas Removal Unit (AGRU) berfungsi untuk menghilangkan kandungan CO2 dan H2S yang terdapat dalam raw gas, memiliki beberapa sistem, yakni:

1. Sistem Kolom Absorpsi ==> Berfungsi untuk menyerap gas dengan dikontakkan dengan amine.

2. Sistem Kolom Regenerasi ==> Berfungsi untuk menguapkan gas CO2 dan H2S yang terkandung di amine.

3. Sistem Amine Storage ==> Sebagai inventori amine sehingga apabila amine yang bersirkulasi berkurang, bisa di top up langsung ke dalam dua sistem yang disebutkan di atas.

Nah tiga sistem diatas tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu rangkaian unit yang memiliki tujuan akhir yakni memisahkan raw gas dari kandungan gas asam (CO2 dan H2S). 

Contoh lainnya adalah Unit Utility Water. Utility water memiliki banyak sistem yang memiliki kerja spesifik, seperti, 

1. Fire Water ==> Sumber air yang digunakan untuk memadamkan api

2. Demin Water ==> Sumber air untuk menghasilkan air demin

3. Potable Water ==> Sumber air untuk digunakan di safety shower, dsb 

Unit Utility Water tujuan utamanya adalah khusus menangani masalah yang berhubungan dengan air sebagai salah satu sumber pendukung sebuah plant. Banyaknya tipe air dalam unit tersebut, tentunya berbanding lurus dengan kompleksitas pabrik. Semakin banyak jenis air yang diperlukan, maka akan semakin banyak sistemnya. 

Nah, mengapa kita bahas perbedaan unit dengan sistem? 

Karena yang diserahkan dari tim konstruksi ke commissioning adalah system by system. Konsekuensi akibat tiap sistem memiliki fungsi spesifik, maka tim konstruksi harus mengerjakan sistem yang pertama kali dibutuhkan untuk menunjang kegiatan commissioning. 

Sebagai contoh, 

1. Tidak akan mungkin kita menyelesaikan sistem air compressor terlebih dahulu jika sumber tenaga untuk menyalakannya belum selesai dibangun. Maka, konstruksi harus meng-handover equipment yang bisa menyediakan tenaga dahulu, sebelum meng-handover sistem air compressor, misalkan Emergency Diesel Generator (EDG).

2. Tidak akan mungkin kita meng-commissioning sistem demin water, jika sistem utility water yang menjadi umpan demin water equipment belum selesai dibangun. Alternatifnya, kita mungkin bisa beli air dari luar, untuk bisa melakukan commissioning, namun biaya yang diperlukan akan tinggi.

Dua contoh diatas bisa memberikan gambaran bahwa dalam fase konstruksi, sebenarnya eksekusi kegiatan commissioning juga berlangsung untuk sistem yang sudah di hand-over. Yang pada nantinya area konstruksi akan semakin mengecil dan digantikan oleh area commissioning. Tentunya system handover dari konstruksi ke commissioning akan mengikuti dari commissioning sequence.

Bagaimana contoh commissioning sequence? Kita akan bahas commissioning sequence ini pada tulisan selanjutnya. 

Keep Stay Tuned   

Wednesday, September 23, 2020

System Hand-Over Management: Perubahan dari Konstruksi ke Komisioning

Proyek migas
Dalam sebuah proyek, akan terdapat banyak sekali pihak yang terlibat. Khususnya di dalam proyek minyak dan gas, dalam eksekusinya, terdapat tiga fase yang harus dilewati, yakni:

1. Fase Konstruksi
2. Fase Commissioning
3. Fase Operasi

Sedikit akan mimin jelaskan mengenai fase eksekusi dalam sebuah proyek pembangunan pabrik baru. Fase konstruksi adalah fase membangun, yakni yang semula tidak ada menjadi ada. Contohnya, pemasangan alat, seperti pompa, bejana, kabel-kabel, pondasi dan sebagainya. Fase Commissioning adalah fase dimana pengetesan dilakukan terhadap alat yang sudah dipasang dalam rangka mengecek apakah alat tersebut dapat beroperasi sesuai dengan desain yang diminta. Dalam proyek minyak dan gas, fase commissioning tidak melibatkan adanya senyawa hidrokarbon. Akhir dari fase commissioning adalah sistem dinyatakan siap untuk start-up, yakni senyawa hidrokarbon siap untuk dimasukkan ke dalam pabrik untuk diolah. Terakhir adalah Fase Operasi, yakni ketika setelah proses start-up berhasil dan pabrik bisa menghasilkan produk sesuai spesifikasi desain yang diminta. 

Tiga fase proyek migas

Dalam fase konstruksi, pihak yang paling bertanggung jawab adalah tim konstruksi. Begitupun, ketika masuk fase commissioning, pihak yang bertanggung jawab adalah tim commissioning. Dan, seterusnya. 

Dengan demikian, ketika terjadi perubahan fase, misalkan dari fase konstruksi pindah ke dalam fase commissioning, ada peristiwa perpindahan tanggung jawab sebuah sistem dari yang semula dipegang oleh tim konstruksi menjadi tim commissioning. Jika sebuah sistem sudah masuk ke dalam fase commissioning, maka aturan konstruksi sudah tidak bisa dipakai lagi. Orang konstruksi yang akan masuk ke dalam sistem yang sudah diserahkan (hand-over) ke commissioning harus mentaati segala aturan yang diberlakukan di wilayah commissioning. Contoh yang paling sederhana adalah mengenai izin kerja. Ketika masuk wilayah commissioning, izin kerja yang dipakai haruslah izin kerja commissioning. Orang konstruksi tidak bisa memakai lagi izin kerja yang sama dengan ketika sistem tersebut masih berada dalam fase konstruksi.

Perubahan yang paling kentara ketika terjadi perubahan sistem dari yang semula konstruksi ke commissioning adalah mulai adanya energi yang terdapat dalam sistem tersebut. Biasanya disebut bahwa sistem tersebut sudah energized. Contohnya, kabel yang dipasang sudah dialiri listrik, pipa sudah dialiri fluida bertekanan. Bahaya yang ditimbulkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketika waktu konstruksi. Ada resiko kesetrum, ada resiko terpapar bahan kimia, ada resiko sesak napas ketika berhubungan dengan nitrogen, dan lain sebagainya.

Barikade commissioning
Inilah mengapa kegiatan commissioning memiliki concern yang sangat tinggi terhadap isolasi energi. Ketika sistem akan dimasukkan sebuah energi untuk pertama kali, maka akan ada yang namanya sertifikat yang dinamakan livening up notice (LUN). Sistem isolasi energi khusus untuk memisahkan sistem yang masih dalam fase konstruksi dengan sistem yang sudah commissioning yakni red spade. Bahkan commissioning juga memiliki barricade khusus sebagai tanda yang berwarna putih-biru. 

Dalam tulisan berseri mengenai System Hand-Over Management, kita akan bahas tanggung jawab tim yang bertugas pada masing-masing fase tersebut dan bagaimana perpindahan tanggung jawab tersebut dilakukan. Bagaimana mekanisme tersebut dilakukan? Apa yang terjadi ketika commissioning menemukan hal yang tidak sesuai dengan desain ketika tim konstruksi akan hand-over sistem ke commissioning? 

Simak terus seri tulisan ini untuk menemukan jawabannya.    

 Salam.

Thursday, September 17, 2020

Training for Plant Operator in Oil and Gas Series - Kata Pembuka

Pada kesempatan kali ini, mimin akan menginformasikan mengenai satu seri tulisan yang akan dimuat di blog. Topiknya sederhana, seputar kegiatan di lapangan pabrik. Dimana, lebih diperuntukkan untuk para operator yang sehari-hari berhubungan dengan proses produksi pabrik, khususnya minyak dan gas. Namun, tidak menutup kemungkinan juga untuk proses produksi pabrik secara general. 

Plant Operator 
Sebagaimana diketahui, tidak semua operator memiliki tingkat pengetahuan yang sama mengenai proses produksi. Namun, mereka nantinya yang akan terlibat secara langsung terhadap keberlangsungan proses produksi. Tulisan berseri ini akan menitik beratkan mengenai hal-hal yang selayaknya diketahui oleh operator. Diharapkan dengan adanya tulisan berseri ini, mampu meningkatkan pemahaman operator sehingga proses produksi bisa berjalan dengan baik dan aman.

Untuk anda yang baru mengenal fasilitas produksi, khususnya para fresh graduate, diharapkan tulisan ini bisa mempercepat orientasi anda dalam memahami lingkungan sebuah fasilitas produksi. 

Cukup sekian dari mimin. Silahkan lempar comment dibawah atau melalui email yang tertera di halaman "Alamat Kontak Blog Process Engineers" untuk topik yang mau dibahas atau jika ingin tulisan anda dimuat di blog ini. 

Selamat membaca