Untuk menjaga agar proses
berjalan dengan smooth dan safe, selain daripada beberapa mode operasi yang
telah dijelaskan sebelumnya, sebuah controller juga memiliki fitur-fitur dalam
rangka untuk memudahkan operator dalam menjaga stabilitas operasi dalam sebuah
plant. Mari kita kupas satu persatu.
Control Action – Direct or Reverse
Ketika sebuah alat pengukur
mendeteksi adanya sebuah disturbansi atau gangguan yang mengakibatkan nilai PV
menjauhi dari nilai SP, maka sebuah controller akan memberikan signal output
untuk mengendalikan error tersebut. Aksi kontrol terhadap error yang diberikan
oleh controller memiliki satu dari dua kemungkinan, Direct atau Reverse.
Direct - Reverse, Control Action |
Sesuai dengan gambar diatas, jika
nilai PV naik melebihi nilai SP dan controller menaikkan nilai OP, maka aksi
kontrolnya adalah bersifat Direct. Dan, sebaliknya, jika nilai PV naik melebihi
nilai SP dan controller malah menurunkan nilai OP, maka aksi kontrollnya adalah
bersifat Reverse.
Untuk memahami dua phenomena
diatas, mari kita lihat contoh dibawah ini
Simple Loop Example for Control Action |
Perhatikan, pada contoh 1 dan 2,
kita memiliki jenis pompa yang sama, yakni pompa untuk mentransfer diesel.
Namun, hal yang membedakan antara dua contoh tersebut adalah jenis kontrol yang
digunakan. Pada contoh 1, ia menggunakan jenis kontrol tekanan lewat
transmitter PIC-531, sedangkan pada contoh 2, ia menggunakan jenis kontrol
terhadap aliran lewat transmitter FIC-502.
Pertanyaannya adalah:
Mengapa
pemilihan jenis controlled variable harus dibuat berbeda, meskipun pada
akhirnya manipulated variablenya adalah sama, yakni aliran recycle diesel?
Tentu hal ini kembali lagi kepada
process philosophy. Pada contoh 1, end-user dari pompa diesel tersebut
adalah Main Power Generator. Diesel yang ditransfer ke dalam Main Power
Generator akan langsung masuk ke dalam combustion chamber. Oleh sebab itu, ia
membutuhkan tekanan agar diesel yang masuk bisa teratomisasi sehingga
didapatkan pembakaran yang sempurna.
Pada contoh 2, end usernya adalah
alat-alat berbahan bakar diesel yang menggunakan diesel tanpa memerlukan adanya
tekanan. Pompa diesel pada contoh 2 umumnya digunakan secara intermittent
karena tiap alat yang menjadi end-user dari contoh 2 memiliki tanki penyimpan
masing-masing. Pompa diesel pada contoh 2, hanya akan dinyalakan dalam rangka
make-up tangki penyimpan tersebut. Dalam satu waktu, tidak mungkin kita akan
melakukan make-up untuk semua tangki penyimpan tersebut, mungkin hanya untuk
satu dan dua end-user. Sedangkan, pompa didesain dengan kapasitas untuk
mentransfer ke seluruh end-user. Maka, dibuatlah jalur re-sirkulasi yang
berdasarkan atas jumlah aliran yang menuju ke end-user. Harapannya adalah agar
pompa selalu bekerja dalam posisi kurva karakteristik yang optimal sehingga
bisa memperpanjang umur pompa.
Setelah tahu mengenai filosofi
proses, maka perintah selanjutnya:
tentukanlah aksi kontrol pada pompa contoh 1
dan 2!
Jawabannya adalah pada contoh 1
bersifat DIRECT dan pada contoh 2 bersifat REVERSE. Pada contoh 1, ketika
tekanan melebihi dari SP, maka control valve akan mulai membuka dan pada contoh
2, ketika aliran berlebih dari SP, maka control valve akan mulai menutup.
bersambung ...
No comments:
Post a Comment
Leave your comment, any urgent message please mail me !