Dalam mengoperasikan sebuah kolom pemisah, kita harus menjaga
keseimbangan antara uap yang naik dengan cairan yang jatuh dalam sebuah kolom.
Keseimbangan ini diperlukan karena apabila kita tidak dapat mempertahankannya,
dapat membuat operasi menjadi tidak stabil dan derajat pemisahan yang kita
inginkan tidak bisa kita dapatkan. Untuk menggambarkan lalu lintas antara uap
dan cairan melewati sebuah kolom packing atau tray, kita biasa menggunakan
istilah loading.
Dalam sebuah kolom tray, vapor loading menggambarkan jumlah
aktual aliran uap yang naik ke sebuah tray, dan sebaliknya liquid loading
menggambarkan jumlah aktual aliran cairan yang jatuh ke sebuah tray.
Sebagai sebuah alat yang didesain untuk bekerja secara
counter-current, kita harus bisa mengestimasi vapor dan liquid loading dan
rasio dua parameter tersebut. Bayangkan, jika uap yang naik ke atas kolom
ratenya terlalu tinggi, hal ini bisa menyebabkan peristiwa entrainment atau
terjebaknya cairan dalam aliran uap dan membuat pemisahan tidak terjadi dengan
baik.
Pada gambar dibawah, kita memiliki sebuah sistem pemisah
yang berfungsi untuk memisahkan campuran biner alcohol dan air. Alkohol akan
keluar sebagai distillat dan air akan keluar sebagai bottom product. Kolom
pemisah didesain dengan memiliki reboiler dan juga total refluks.
Perhatikan gambar skema diatas: kita bisa mengetahui bahwa
beban kerja (duty) dari reboiler dikontrol oleh temperature recorder control
(TRC). Jika suhu bottom product turun, maka control valve steam akan otomatis
terbuka dan menaikkan kapasitas reboiler. Hal ini berakibat akan semakin
banyaknya uap terproduksi. Dalam kata lain, beban kerja condenser semakin besar
dan rate refluks akan semakin bertambah. Untuk menjaga agar level refluks drum
tetap stabil, maka level recorder control (LRC) dipasang untuk mengatur
seberapa banyak distilat yang keluar dari kolom pemisah melalui kontrol valve
tersebut.
Dari uraian diatas, dua poin dapat kita simpulkan :
1. Duty condenser
proporsional dengan duty reboiler.
Semakin besar duty reboiler maka akan semakin besar panas
yang harus dipindahkan oleh condenser. Sebagian besar beban panas reboiler
digunakan untuk menghasilkan refluks. Dengan kata lain, produksi refluks akan
turut bertambah seiring meningkatnya kapasitas reboiler.
2. Faktor satu-satunya
yang mengontrol aliran uap adalah panas. Aliran uap naik ke atas kolom pemisah
diciptakan oleh reboiler.
Jika kita asumsikan bahwa reboiler bekerja berdasarkan
kontrol suhu otomatis, maka setiap kenaikan laju refluks akan menaikkan loading
uap dan cairan dalam tray. Hal ini akan menaikkan total hilang tekan (dp) tray
dan juga ketinggian cairan dalam downcomer tray.
Menaikkan kerja reboiler akan menaikkan laju massa uap dan
konsentrasi komponen berat dalam uap. Meskipun demikian, suhu dalam dasar kolom
akan selalu konstan. Hal ini dikarenakan naiknya duty reboiler akan direspon
dengan naiknya refluks yang juga berfungsi untuk mendinginkan.
Pengaturan kinerja reboiler bukanlah satu-satunya parameter
yang harus kita jaga dalam menjalankan kolom pemisah. Satu lagi hal penting
yang bisa mempengaruhi kinerja kolom pemisah adalah tekanan dalam kolom
pemisah. Laju volumetrik uap bisa bertambah ataupun berkurang sesuai dengan
setting tekanan dalam kolom pemisah pada beban kerja reboiler yang konstan. Hal
ini berarti, kita bisa mengubah kecepatan uap (dengan kata lain vapor loading)
melewati tray pada laju massa yang sama.
Jika kita menaikkan tekanan dalam kolom, otomatis kecepatan
uap akan berkurang. Hal ini akan menurunkan hilang tekan dalam melewati tray,
sehingga ketinggian spray atau lompatan uap-cair akibat kontak di atas tray
berkurang dan liquid backup di downcomer juga berkurang. Hal ini mencegah
terjadinya entrainment, namun menambah potensi untuk menyebabkan peristiwa
weeping. Gambar kiri menunjukkan kecepatan uap yang rendah, dan gambar kanan
menunjukkan kecepatan uap yang tinggi.
Dampak positif dari menaikkan tekanan kolom adalah
bertambahnya laju refluks. Hal ini bisa terjadi karena dengan menaikkan tekanan
kolom, maka tekanan dalam reflux drum juga akan bertambah. Hal ini
mengakibatkan, suhu yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap menjadi turun
akibat back pressure. Sehingga laju terbentuknya refluks menjadi bertambah.
Gambar diatas digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan
kondisi optimal dalam menjalankan sebuah kolom pemisah. Titik A merupakan
kondisi dimana pemisahan terjadi secara efisien. Lepas dari titik tersebut,
efisiensi pemisahan menjadi berkurang karena terjadi flooding/ dumping yang
menyebabkan banyaknya fraksi berat yang dikandung dalam distilat.
Tes untuk Membedakan Flooding atau Dumping pada Waktu Alat
Beroperasi
1. Menurunkan tekanan kolom pada laju refluks konstan/
beban reboiler konstan
Lihat perbedaan suhu antara dasar dan puncak kolom. Jika
perbedaannya semakin besar, atau suhu atas kolom turun, maka efisiensi tray
dikarenakan adanya peristiwa dumping pada dek tray
2. Menaikkan laju refluks pada kolom operasi
konstan
Jika laju refluks dinaikkan dan suhu puncak kolom menjadi
naik, maka terjadi peristiwa flooding atau entrainment berlebihan. Untuk
mengetahui bagian tray mana yang mengalami flooding, maka pengecekan terhadap
nilai delta P harus dilakukan untuk mengetahui tray mana yang tidak berfungsi
dengan baik. Jika delta P besar, maka flooding terjadi pada bagian bawah tray
atau pada bagian stripping. Jika delta P rendah, maka flooding terjadi pada
bagian atas tray atau pada bagian rectifying.
Tentu saja masih banyak hal yang perlu dipelajari. Tetapi,
paling tidak pembelajaran kita selama ini, bisa dijadikan sebuah dasar fondasi
yang kuat yang bisa kita olah sehingga akan sangat dapat membantu kita dalam
pengoperasian sebuah kolom pemisah.
No comments:
Post a Comment
Leave your comment, any urgent message please mail me !