Dalam dunia
engineering, terutama terkait proses transformasi sebuah material, hal ini
tidak akan pernah bisa lepas daripada disiplin operasi yang dinamakan “proses
perpindahan”. Sebagai contoh, dalam sebuah proses di pabrik gula, untuk
mendapatkan butiran gula dalam bentuk kristal, hal pertama yang harus kita
lakukan adalah dengan cara mengkonsentrasikan larutan gula yang kita dapatkan
dari sari tebu. Caranya adalah dengan cara menguapkan air yang ada dalam
larutan gula tersebut menggunakan alat yang disebut “evaporator”. Dalam
evaporator, terjadi proses perpindahan panas dari alat penukar panas ke dalam
larutan gula, yang pada akhirnya akan menaikkan suhu larutan dan air dalam
larutan gula akan menguap. Tentu saja, titik didih larutan gula akan lebih
besar jika dibandingkan dengan air murni. Setelah pada konsentrasi yang cukup jenuh,
larutan gula tersebut akan dipindahkan ke dalam sebuah alat yang disebut “separator”,
dengan tujuan untuk memisahkan antara gula dalam bentuk padat dengan pelarutnya
yang dalam hal ini adalah air, dengan cara yang disebut “kristalisasi”. Sebagaimana
kita tahu, penurunan suhu, secara umum, akan mengurangi daya kelarutan suatu
larutan. Ketika larutan gula tadi, dalam keadaan suhu tinggi, kemudian
didinginkan, maka akan mencapai kondisi oversaturated (titik jenuh yang
terlampaui), dimana akan mulai terbentuk Kristal primer, yang kemudian akan
menjadi agglomerate. Di proses ini juga terjadi proses perpindahan panas.
Contoh diatas
merupakan contoh paling sederhana untuk menggambarkan rangkaian operasi yang
melibatkan peristiwa perpindahan yang digunakan untuk memfabrikasi/menangani
sebuah material. Dalam teknik proses, kita mengenal tiga proses perpindahan:
perpindahan jumlah gerakan (momentum), perpindahan panas dan perpindahan
materi(massa).
Proses dalam pabrik gula |
Perpindahan
jumlah gerakan (momentum). Bayangkan jika kita berada dalam sebuah bus yang
sedang melaju kencang, ketika bus yang kita kendarai berbelok arah, maka kita
akan merasa badan kita akan bergoyang sesuai dengan arah bus berbelok. Atau,
ketika bus mengerem mendadak, badan kita akan terasa terlontar ke depan, jika
kita tidak memberikan energy ke dalam tubuh kita untuk bisa tetap diam di
tempat. Ini adalah contoh sederhana perpindahan jumlah gerakan (momentum). Hal
ini akan sering kita temui dalam kasus perpindahan fluida (mekanika fluida),
misalkan: dalam system pemurnian air.
Perpindahan
panas (thermal). Kuantitas panas yang bisa terukur dalam sebuah materi adalah temperature.
Dalam contoh di atas kita telah bisa mengenal bagaimana aplikasi dari proses
perpindahan panas.
Perpindahan materi
(massa). Hal ini juga telah dijelaskan di atas. Bagaimana molekul air berpindah
dari larutan gula karena titik didihnya telah terlampaui.
Tiga proses
perpindahan di atas memiliki kesamaan antara satu sama lain yaitu proses
perpindahan hanya akan bisa terjadi jika memiliki sebuah driving force (gaya
penggerak). Untuk perpindahan momentum, gaya penggeraknya adalah kecepatan (hukum
Newton), perpindahan panas adalah suhu (hukum Fourier) dan perpindahan materi
adalah konsentrasi (hukum Fick).
Dua
penglihatan terhadap system dalam dunia engineering
Sebuah
pendekatan untuk mendefinisikan sebuah system penting untuk dilakukan. Hal ini
akan mempengaruhi bagaimana cara kita dalam menangani sebuah system.
Yang pertama
adalah pendekatan secara makroskopik (global) dan yang kedua adalah secara
mikroskopik (local). Pendekatan secara makroskopik, bertumpu pada pendekatan system
yang disebut “kotak hitam”. Sistem ini memiliki keunggulan yaitu penyelesaian
matematik yang sederhana, tanpa memerlukan penyelesaian persamaan differensial yang
rumit. Namun, kelemahannya adalah kita tidak memiliki pandangan secara utuh
terhadap apa yang sedang terjadi dalam system yang kita tangani. Ada tiga
persamaan yang sering kita gunakan untuk menyelesaikan persoalan terkait
engineering dengan menggunakan cara pendekatan kotak hitam, yaitu persamaan
konservasi massa, konservasi energy total dan konservasi energy mekanik (bernouilli).
Dengan menggunakan ketiga hal tersebut, misalkan dalam proses penguapan air
dalam pabrik gula, kita akan bisa mengetahui berapa panas yang dibutuhkan untuk
menguapkan air, konsentrasi larutan gula yang bisa dihasilkan dan sebagainya. Pendekatan
makroskopik ini bisa diterapkan untuk menangani hal-hal yang sederhana, namun
jika system yang kita tangani adalah system yang kompleks, dimana sedikit
perubahan dari property akan mengakibatkan efek yang signifikan, contoh dalam reactor
katalitik. Sebagaimana kita tahu, dalam hukum Arhenius, perubahan suhu akan
mempengaruhi kinetika reaksi secara signifikan. Maka alangkah lebih baiknya jika
kita menggunakan pendekatan mikroskopik. Para enginer sering menggunakan
pendekatan secara mikroskopik, selain mereka memiliki keingintahuan yang besar terhadap
proses yang sedang terjadi dalam suatu system. Dengan menggunakan beberapa
hipotesis, akan menghasilkan persamaan yang jauh lebih sederhana yang bisa
diaplikasikan secara mudah ke dalam sebuah system.
Dengan menggunakan pendekatan mikroskopik, kita bisa memperoleh informasi profil kecepatan fluida, dalam hal ini bisa kita ketahui bahwa profilnya adalah parabolik |
No comments:
Post a Comment
Leave your comment, any urgent message please mail me !