Kita sudah berada pada bagian terakhir dari diskusi kita mengenai kurva karakteristik pompa.
Kurva karakteristik pompa menjadi suatu bagian yang penting mengingat ia menyajikan sebuah gambaran letak dimana pompa bisa berjalan dengan optimum dan menghindari dari kerusakan yang disebabkan oleh salah operasi yang utamanya disebabkan dari peristiwa kavitasi.
Maka dari itu, pemahaman mengenai kurva karakteristik pompa menjadi sangat penting karena dengan kita mengetahui prinsip kurva karakteristik pompa dan menerapkannya di lapangan, umur pompa kita akan awet. Oleh sebab itu,maintenance pun tidak terlalu sering.
Berikut beberapa topik yang kita bahas terkait dengan karakteristik pompa. Silahkan klik link yang dimaksud untuk menuju ke artikel di blog ini
Membaca Kurva Karakteristik Pompa : Head Pompa
Membaca Kurva Karakteristik Pompa : Friction
Membaca Kurva Karakteristik Pompa : Penjelasan Kavitasi
Membaca Kurva Karakteristik Pompa : Kavitasi Suction
Membaca Kurva Karakteristik Pompa: Kavitasi discharge
Dan, sebagai bonus: saya tambahkan mengenai operasional pompa menurut kurva karakteristik untuk menghindari peristiwa kavitasi
Operasional Pompa
Masih banyak hal yang belum kita bahas mengenai pompa sentrifugal ini. Artikel-artikel yang saya buat diatas adalah sebuah dasar untuk kita menggali lebih jauh lagi untuk lebih memahami berbaga macam bentuk pompa sentrifugal yang nantinya akan banyak kita hadapi di lapangan.
=======================================================================
Tangki penyimpan sebagai media penampung sementara sudah kita bahas. Pompa, khususnya sentrifugal juga telah kita bahas sebagai media untuk memindahkan fluida yang disimpan di tangki penyimpan. Dua equipment tersebut akan sering kita jumpai pada sebuah fasilitas pengolahan.
Sunday, October 23, 2016
Monday, October 10, 2016
Operasional Pompa
Sudah dijelaskan mengenai kurva
karakteristik pompa, mulai dari head hingga efisiensi pompa untuk menjaga agar
pompa tetap berada pada kondisi yang optimal sehingga tidak terjadi kavitasi.
Kali ini, kita akan membahas dari
sudut praktis, dimana beberapa hal bisa membuat pompa berjalan tidak optimal
meskipun kita sudah mencoba untuk mengaplikasikan kurva karakteristik pompa.
Air Pocket
Udara terjebak dalam suction
pompa bisa membuat pompa berjalan dengan tidak optimal. Hal ini dikarenakan
adanya udara terjebak tersebut akan menghalangi laju alir fluida. Akibatnya,
meskipun NPSHr sudah terpenuhi, namun saat pompa distart masih menunjukkan gejala
mirip kavitasi, misalkan adanya noise dan getaran pada pompa. Maka dari itu,
sebelum pompa distart, pastikan tidak ada udara yang terjebak dengan membuka
high venting point dan low drain point pada piping suction dan juga pompa.
High differential pressure (DP)
pada strainer suction pompa
Adanya DP yang besar pada
strainer, akan membuat aliran terhambat dan juga membuat berkurangnya tekanan
suction pompa. Hal ini juga akan membuat gejala kavitasi pompa jika tekanan
suction tersebut kurang dari NPSHr. Untuk kasus pada air pocket, kita tidak
perlu men-stop pompa, cukup buka vent/drain point untuk membuang udara
terjebak. Namun, pada kasus high DP pada suction, mau tidak mau kita harus
menggunakan pompa stand-by, dan men-stop pompa on-duty.
Bagaimana jika pompa on-duty
masih harus digunakan karena pompa stand-by masih ada masalah?
Kita bisa men-throttle bagian
discharge pompa untuk mengurangi NPSHr, sehingga pompa masih bisa berjalan
dengan lancar, namun hal ini akan mengurangi kapasitas pompa. Dan, pompa juga
berpotensi menderita kavitasi discharge jika throttle yang kita lakukan terlalu
besar. Maka dari itu, cara ini adalah cara sementara dan pompa yang berjalan
perlu di-awasi.
Kurangnya tekanan pada tangki
sehingga menurunkan tekanan suction
Ini adalah kejadian nyata yang
saya alami ketika melakukan kegiatan commissioning pompa reboiler Acid Gas
Enrichment Unit (AGE). Kondisi operasi reboiler AGE adalah 1 barg, sedangkan
saya menjalankan pompa dengan tekanan atmosferik. Akibatnya, pompa berjalan
dengan tidak optimal, sebab saya harus men-throttle bagian discharge pompa
untuk menghindari peristiwa kavitasi.
Setelah saya melakukan injeksi
nitrogen pada bagian reboiler untuk menjaga tekanan AGE reboiler sebesar 1
barg, akhirnya saya bisa membuka penuh bagian discharge pompa dan mendapatkan
flowrate sesuai kondisi normal tanpa menderita kavitasi.
Akselerasi fluida pada pompa
Setelah kita mengantisipasi berbagai
hal diatas, kita masih juga mendapatkan peristiwa kavitasi pada pompa. Mungkin
ini, berhubungan dengan peristiwa akselerasi fluida pada pompa. Hal ini bisa
terjadi ketika kita men-start pompa pada kondisi level yang rendah. Meskipun
begitu, pompa bisa berjalan dengan optimal setelah kita men-throttle discharge
pompa, selama beberapa detik, kemudian mengembalikan kembali katup yang kita
throttle tersebut ke kondisi semula.
Mari kita
lihat skematik gambar tersebut, untuk melihat bagaimana peristiwa ini bisa
terjadi.
Perubahan level pada saat pompa mulai dijalankan |
Kurva
diatas menjelaskan mengenai perubahan level sebuah sump, dimana fluida dari
sump tersebut akan dipompa menggunakan submersible pump. Fluida dari sump
diambil dari danau dengan menggunakan pipa sepanjang 3 mil. Perubahan
ketinggian sump relatif terhadap danau tersebut diamati ketika pompa pertama
kali distart.
Pada point
0 ft, merupakan point dimana ketika pompa belum mulai dijalankan. Bisa kita
lihat bahwa ketinggian fluida yang ada di sump sama dengan ketinggian fluida
yang ada di danau. Sedangkan, pada posisi kesetimbangan, equilibrium level
adalah posisi dimana pompa sudah berjalan dengan steady, sehingga tidak lagi
ditemukan adanya perubahan dari ketinggian fluida di sump terhadap danau.
Ketinggian
level sump lebih tinggi pada waktu pompa belum distart karena masih belum
adanya aliran. Dimana, dengan adanya aliran karena disebabkan pompa berjalan
akan menyebabkan adanya friksi yang menyebabkan turunnya tekanan suction. Hal
ini yang menyebabkan level sump ketika pompa sudah berjalan lebih rendah ketika
sebelum pompa dijalankan
Selain itu,
kita juga melihat adanya kondisi transisi sebelum sump mencapai level
kesetimbangan. Dimana, level pada masa transisi lebih rendah dari masa
kesetimbangan, yakni -15 ft. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Hal ini
diakibatkan oleh adanya proses akselerasi fluida yang sebelumnya dalam kondisi
diam,kemudian ketika pompa di-start, secara otomatis dia akan berakselerasi
hingga mencapai kecepatan tertentu. Proses ini membutuhkan banyak energy,
sehingga ia mengambil banyak dari tekanan suction fluida, sebelum akhirnya ia
mendapatkan posisi kesetimbangan dan mendapatkan tambahan tekanan karena sistem
telah bergerak dengan kecepatan yang tetap.
Adanya
akselerasi inilah yang kadang menyebabkan adanya gejala kavitasi pada waktu
pompa pertama kali di-start. Disebabkan, ia akan banyak memakan tekanan
suction. Jika NPSH tidak mencukupi untuk
proses akselerasi ini, maka sistem tidak akan pernah mencapai proses
kesetimbangan. Karena adanya kavitasi disebabkan proses akselerasi akan
menyebabkan turunnya kinerja pompa, sehingga kesetimbangan tidak akan pernah
tercapai.
Maka dari
itulah, untuk mengurangi akselerasi tersebut, pada waktu sebelum pompa
di-start, kita harus men-throttling bagian discharge pompa. Setelah pompa di-start,
maka kita kemudian melakukan pembukaan bagian discharge sedikit demi sedikit,
hingga mencapai kondisi full open. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kehilangan tekanan suction akibat proses akselerasi.
Hal ini
biasa diterapkan pada pompa yang memiliki kapasitas yang besar karena tentu
saja akan menghasilkan akselerasi yang besar apabila pompa di-start. Selain
itu, juga diterapkan ketika level tangki penyimpan yang rendah, namun belum
mencapai kondisi interlock, sehingga pompa masih bisa dijalankan.
Sunday, October 9, 2016
Membaca Kurva Karakteristik Pompa: Kavitasi discharge
Sesuai dengan
namanya, kavitasi ini terjadi pada bagian discharge pompa. Hal ini bisa terjadi
ketika tekanan discharge pompa yang terlalu tinggi, namun ada restriksi yang
besar pada discharge pompa, yang menghalangi aliran keluar pompa. Secara
normal, hal ini terjadi ketika kita menjalankan pompa yang berada pada posisi
kurang dari 10% dari titik efesiensi terbaiknya, best efficiency point (BEP).
BEP biasa
digunakan untuk menjelaskan sebuah titik dimana pompa sentrifugal beroperasi
pada titik efisiensi paling tinggi, yaitu ketika kehilangan energy akibat
transfer energy dari penggerak utama, yakni motor ke sistem fluida paling
kecil. Sehingga, secara fisik, fluida yang ditransfer memiliki karakter alir
yang bagus dan pompa berjalan dengan optimal.
Hubungan
beberapa parameter karakteristik pompa dan BEP
Mari kita lihat
kurva karakteristik pompa kita
Efisiensi pompa pada kurva karakteristik fire water |
Nah, pompa tersebut memiliki garis efisiensi
untuk diameter impeller yang berbeda-beda, yang ditunjukkan dengan garis
vertical dan nilai % effisiensi pada bagian atas. Biasanya dalam dokumen
datasheet akan dijelaskan pada kapasitas berapa pompa akan dijalankan, dimana
biasanya nilainya dekat dengan titik BEP.
Kita kembali kepada bahasan
kavitasi pada bagian discharge. Adanya keadaan diatas, yakni pressure yang
tinggi namun aliran yang tidak bisa keluar seluruhnya dari pompa, menyebabkan
fluida bersirkulasi di dalam pompa dan terjadi peristiwa sirkulasi internal.
Saat liquid mengalir disekitar impeller, dia harus melewati celah sempit yang
berada diantara impeller dan titik cutwater pompa sehingga kecepatannya naik dengan sangat
tinggi.
Cut water pada pompa |
Kecepatan yang sangat tinggi ini akan menyebabkan
terjadinya kondisi vakum, dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya peristiwa
kavitasi pada bagian discharge pompa.
Beberapa penyebab terjadinya
peristiwa kavitasi discharge :
- - Adanya blockade pada bagian discharge
- - Pompa berjalan pada bagian kurva pompa yang terlalu kekiri
- - Desain piping yang keliru
Kavitasi ini akan menyebabkan
keausan premature pada bagian ujung impeller dan pump housing.
Akibat kavitasi discharge pada ujung impeler |
Untuk summary, kavitasi suction
terjadi ketika kita menjalankan pompa dengan berada pada kurva karakteristik
yang terlalu ke kanan, sehingga NPSHr tidak bisa tercapai, sedangkan untuk
kavitasi discharge terjadi ketika kita
menjalankan pompa dengan kondisi operasi pada kurva karakteristik pompa terlalu kekiri, dimana terjadi sirkulasi internal yang
menyebabkan kavitasi.
Jadi, dengan kita mempelajari kurva karakteristik pompa, kita akan mengetahui kondisi optimal yang seharusnya dijalankan pada pompa. Hal ini akan menghindari akibat dari salah pengoperasian, salah satunya adalah menghindari peristiwa kavitasi, baik itu kavitasi suction maupun kavitasi discharge.
Hal ini, tentu saja akan bisa membuat umur pompa kita menjadi lebih panjang karena dijalankan dalam kondisi pengoperasian yang baik.
Tak ada ruginya kita mempelajari kurva karakteristik pompa ini.
Jadi, dengan kita mempelajari kurva karakteristik pompa, kita akan mengetahui kondisi optimal yang seharusnya dijalankan pada pompa. Hal ini akan menghindari akibat dari salah pengoperasian, salah satunya adalah menghindari peristiwa kavitasi, baik itu kavitasi suction maupun kavitasi discharge.
Hal ini, tentu saja akan bisa membuat umur pompa kita menjadi lebih panjang karena dijalankan dalam kondisi pengoperasian yang baik.
Tak ada ruginya kita mempelajari kurva karakteristik pompa ini.
Monday, October 3, 2016
Membaca Kurva Karakteristik Pompa : Kavitasi Suction
Kavitasi suction
terjadi karena pressure yang rendah pada bagian suction. Salah satu konsep yang
wajib kita ingat adalah bahwa pompa tidak menghisap fluida, tetapi tekanan suction fluida yang membuat pompa bisa berjalan dengan baik.
Masih bingung ?
Kita mungkin pernah mendengar istilah memancing pompa, dalam bahasa inggis disebut priming the pump. Priming pompa ini dapat dilakukan dengan dua macam cara, yakni mengisi pompa dengan fluida dan mengeluarkan udara terjebak dalam pompa.
Masih bingung ?
Kita mungkin pernah mendengar istilah memancing pompa, dalam bahasa inggis disebut priming the pump. Priming pompa ini dapat dilakukan dengan dua macam cara, yakni mengisi pompa dengan fluida dan mengeluarkan udara terjebak dalam pompa.
Nah, bagaimana
udara terjebak ini bisa keluar?
Tentu saja dengan
tekanan fluida itu sendiri, atau tekanan suction pompa yang berasal dari
tekanan lingkungan (atmosferik jika sistemnya terbuka) ditambah dengan tekanan
hidrostatis jika air disuplai dari tangki.
Jadi, pompa itu bukan menghisap fluida. Namun, tekanan dari fluida itu sendiri yang bisa membuat fluida bisa dipompakan. Meskipun begitu, tekanan suction pompa ini haruslah berada pada nilai tertentu, jika tidak dia tidak akan bisa dipindahkan dengan baik. Dan, ini dikenal dengan istilah NPSH. NPSH adalah nilai bersih yang harus dimiliki setelah tekanan suction fluida dikurangi dengan tekanan friksi pada sistem perpipaan pada bagian suction dan tekanan uap fluida.
Kalau prinsip kerja pompa adalah menghisap fluida, maka kita tidak usah susah-susah melakukan proses pemancingan/priming pompa hehe... sudah jelas kan?
Jadi, pompa itu bukan menghisap fluida. Namun, tekanan dari fluida itu sendiri yang bisa membuat fluida bisa dipompakan. Meskipun begitu, tekanan suction pompa ini haruslah berada pada nilai tertentu, jika tidak dia tidak akan bisa dipindahkan dengan baik. Dan, ini dikenal dengan istilah NPSH. NPSH adalah nilai bersih yang harus dimiliki setelah tekanan suction fluida dikurangi dengan tekanan friksi pada sistem perpipaan pada bagian suction dan tekanan uap fluida.
Kalau prinsip kerja pompa adalah menghisap fluida, maka kita tidak usah susah-susah melakukan proses pemancingan/priming pompa hehe... sudah jelas kan?
Agar memudahkan,
pada kurva karakteristik pompa dilampirkan tekanan suction bersih yang
dibutuhkan agar pompa bisa bekerja dengan baik, yang disebut dengan Net
Positive Suction Head Required (NPSHr). NPSHr ini merupakan data vendor.
Mari kita lihat
NPSHr pada kurva karakteristik pompa.
Pada grafik diatas
NPSHr dinyatakan dalam meter (head) dan dihubungkan dengan flowrate. NPSHr akan
naik jika flow rate naik. Tentu saja, semakin besar flowratenya, maka seperti pernah
dijelaskan, friksi semakin besar, otomatis NPSHr harus besar untuk menghindari
hilang tekan yang bertambah.
Jika NPSHr
adalah data yang berasal dari vendor, ada juga yang dinamakan NPSH available
(NPSHa). NPSHa adalah NPSH aktual yang ada pada sistem. Kita bisa menghitungnya
atau mendapatkannya pada pembacaan instrument tekanan yang ada di lapangan di
bagian suction pompa. Tentu saja, nilai ini masih harus dikurangi friksi yang
hilang di perpipaan suction, dari tempat pemasangan instrument tersebut sampai
mata impeller.
Kenapa
perhitungan NPSH harus sampai dengan mata impeller? Berikut adalah profil
pressure fluida dalam sebuah pompa:
Sebagaimana
gambar diatas, pressure terendah terdapat pada mata impeller. Maka dari itu, perhitungan NPSH sampai dengan mata impeller.
Jadi, kita sudah
jelas sekarang mengenai kasus kavitasi suction. Kavitasi suction adalah peristiwa kavitasi akibat tekanan suction yang terlalu kecil sehingga tidak mampu menjaga tekanan fluida agar tetap berada pada kondisi tekanan di atas kondisi uap jenuhnya.
Berikut adalah contoh nyata kerusakan impeller akibat kavitasi suction
Berikut adalah contoh nyata kerusakan impeller akibat kavitasi suction
Kerusakan akibat kavitasi suction |
Untuk operasional,
saya jarang memperhatikan perhitungan NPSH ini, sebab sudah ada pengaman dalam
sistem, dimana jika level tangki sudah mencapai Low low level, pompa akan
mengalami interlock untuk menghindari kavitasi suction ini.
Jika level tangki, sudah berada pada normal level, dijamin NPSHa akan selalu lebih tinggi dari NPSHr. Kalau tidak, pasti salah fatal dari engineerng. Oleh karena itu, saya selalu menjalankan pompa pada normal level, tanpa perlu bersusah payah menghitung NPSH.
Jika level tangki, sudah berada pada normal level, dijamin NPSHa akan selalu lebih tinggi dari NPSHr. Kalau tidak, pasti salah fatal dari engineerng. Oleh karena itu, saya selalu menjalankan pompa pada normal level, tanpa perlu bersusah payah menghitung NPSH.
Sunday, October 2, 2016
Membaca Kurva Karakteristik Pompa : Penjelasan Kavitasi
Ini adalah bagian akhir dalam
membaca kurva karakteristik pompa, yakni kita akan membahas mengenai peristiwa
kavitasi. Jadi, apakah peristiwa kavitasi itu?
Kavitasi itu sendiri adalah
lahirnya sebuah rongga yang berisi uap dalam fluida. Biasanya hal ini terjadi
ketika ada sebuah gaya yang bekerja dalam fluida tersebut yang menyebabkan
turunnya tekanan. Jika turunnya tekanan tersebut sangat tinggi dan mengalahkan
tekanan uap jenuh fluida. Maka, akan ada kecenderungan untuk terbentuk
gelembung.
Sebelum menerangkan mengenai
kavitasi, alangkah baiknya kita belajar terhadap kesetimbangan lewat ilustrasi
berikut:
Air yang mendidih, gelembung uap |
Sudah dikatakan diatas bahwa
gelembung terbentuk jika tekanan uap jenuh fluida melebihi tekanan dalam
sistem. Hal ini sama dengan fenomena air pada titik didihnya. Air dikatakan
pada kondisi mendidih ketika tekanan uap air adalah sama/ melebihi tekanan
atmosferik yang melawannya. Sehingga terbentuklah gelembung.
Tetapi ada dua perbedaan, antara
gelembung yang disebabkan oleh air yang dididihkan dengan gelembung yang
terjadi karena peristiwa kavitasi. Pada peristiwa air yang didihkan, gelembung
memiliki tekanan yang sama dengan lingkungan. Energi yang berasal dari
lingkungan membuat molekul memperoleh energi yang cukup kuat. Hal ini
menyebabkan pecahnya aggregat fasa cair pada air tersebut. Peristiwa ini
menjadikan terbentuknya gelembung yang berisi uap air. Cara mempercepat
pembentukan gelembung ini bisa dengan dua macam cara, yakni dengan menambahkan
jumlah energi panas atau dengan mengurangi tekanan lingkungan. Inilah mengapa,
ketika kita di pegunungan, ketika memasak harus dalam waktu yang lama karena
titik didihnya yang menurun akibat tekanan atmosfer yang turun.
Sedangkan, pada peristiwa
kavitasi, gelembung yang terbentuk tidak memiliki tekanan. Hal ini akan
dijelaskan lewat gambar dibawah
Gelembung terbentuk dalam peristiwa kavitasi |
Diatas adalah sebuah contoh
kavitasi dalam perpipaan. Kita bisa melihat, bahwa ada uap dalam pipa tersebut,
seperti ditunjukkan oleh lingkaran kuning. Untuk mengetahui bagaimana hal
tersebut bisa terjadi, kita merujuk pada hukum Bernoulli yakni, tekanan dalam
fluida (energi potensial fluida) ditambah dengan kecepatan fluida (energy
kinetic fluida) adalah selalu konstan. Jadi, jika tekanan naik, otomatis kecepatan
fluida turun. Hukum Bernoulli ini merupakan akibat dari hukum kekekalan massa.
Untuk mempertahankan massa aliran
agar tetap, kecepatan alir pada bagian pipa yang mengecil harus lebih cepat
daripada pada bagian yang besar. Konsekuensinya, nilai tekanannya akan turun. Tekanan
yang turun tersebut mengakibatkan gaya yang menahan agar fluida tetap dalam
fasa cair menjadi teratasi. Akibatnya, terbentuklah gelembung. Berdasar
penjelasan diatas, maka gelembung yang terbentuk tidak memiliki tekanan/ vakum.
Jika kita melihat pada gambar, kita bisa mengetahui, bahwa kavitasi terjadi
secara lokal pada tempat tertentu.
Apa dampak buruk adanya kavitasi?
Peristiwa terbentuknya gelembung
ini bukanlah yang dikhawatirkan. Yang lebih berbahaya adalah meletusnya
gelembung ini. Seperti dijelaskan, uap yang terbentuk pada peristiwa kavitasi
adalah tidak bertekanan, sedangkan dalam sistem perpipaan sudah barang tentu
fluida yang mengalir memiliki tekanan. Pada keadaan tertentu, ketika perbedaan
pressure mengecil, maka gelembung akan meletus. Disini, sistem akan mendapat
hantaman gelombang kejut, shockwave,
yang bisa merusak material sistem tersebut.
Shockwave karena meletusnya gelembung kavitasi |
Subscribe to:
Posts (Atom)